Pengajian Haul Syekh Jumadil Kubro ke-644 Tahun 2019 Ngaji Sejarah Punjer Wali Songo
Teladan Syech Jumadil Kubro dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa, telah banyak dituturkan ulang dalam berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat.
Demi menghormati tokoh besar yang wafat di Trowulan sekitar tahun 1376 masehi ini, Pemerintah Kabupaten Mojokerto terus mengenangnya dalam agenda tahunan yakni Haul Syekh Jumadil Kubro ke-644 Tahun 2019.
Rangkaian acara peringatan Haul Syech Jumadil Kubro tahun 2019, telah sukses digelar Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) dengan beberapa kegiatan besar. Yakni Kirab Kubro pada Sabtu (14/9) siang, dan lailatul hadrah. Dilanjutkan semaan Alquran dan pengajian umum bersama K.H. Ahmad Muwafiq dan K.H. Falakul Alam pada Minggu (15/9) malam di pelataran makam Troloyo Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan.
Pengajian Minggu malam dihadiri Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi, perwakilan Forkopimda, Ulama, Sekdakab Herry Suwito, kepala OPD dan camat se-Kabupaten Mojokerto, dan diikuti kurang lebih 10 ribu jamaah.
“Teladannya beliau patut kita contoh. Haul atau bulan lahir beliau kita peringati tiap tahun. Ini juga sebagai upaya melestarikan budaya. Kita ingin terus melestarikan budaya, syia'ar Islam dan mendongkrak potensi wisata religi. Kita juga menandainya dengan kegiatan kirab kubro dengan tumpeng hasil bumi, sebagai tanda menyusukuri kemakmuran,” kata Wabup.
Syech Jumadil Kubro yang menurut literatur masih dalam satu garis generasi ke-enam Nabi Muhammad SAW, mengembara ke tanah Jawa bersama para santrinya dan singgah di Trowulan untuk kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi demi menghindari kemurkaan raja-raja Jawa yang belum mengenal apa itu Islam saat itu.
Selanjutnya komunitas muslim di kota-kota pelabuhan Majapahit, menjadi penanda pesatnya perkembangan Islam pada zamannya. Laju kemajuan iptek yang cepat di bidang agama Islam kemudian melahirkan kaum santri kritis, progresif dan transformatif. Mereka juga melakukan lompatan budaya dan intelektual yang sangat maju.
Demi mengenang jasa para penyebar Islam di bumi Majapahit, Pemerintah Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 telah membuat buku Punjer Walisongo yang sudah dikaji dan dirumuskan dalam seminar lokakarya.
Syech Jumadil Kubro sendiri lahir pada tahun 1270 sebagai putera Ahmad Syah Jalaluddin, bangsawan dari Nasrabad di India. Kakek buyutnya adalah Muhammad Shohib Mirbath dari Hadramaut yang bergaris keturunan ke Imam Jafar Shodiq, keturunan generasi ke-enam dari Nabi Muhammad SAW.
Setelah mundur dari jabatannya sebagai Gubernur Deccan di India, Jumadil Kubro mengembara ke berbagai belahan dunia untuk menyebarkan agama Islam.
Literatur juga menyebut Syech Jumadil Kubro berkelana keliling dunia sampai ke Maghribi di Maroko, Samarqand di Uzbekistan lalu sampai ke Kelantan di Malaysia, kemudian ke Jawa pada era Majapahit dan akhirnya sampai ke Gowa di Sulawesi Selatan.
Dari sedikit ulasan sejarah panjang seorang tokoh besar penyebar Islam di Jawa, tidak heran jika sejarah hidupnya banyak dikenang dan diingat hingga kini.